Babad Banyumas Kalibening
merupakan naskah dan teks tertua. Babad Banyumas Kalibening memakai
huruf Jawa yang berasal dari abad ke-17 Masehi dan kertas dluwang (bdk.
Holle, 1877:6). Kertas yang dipakai berukuran 11 X 16 cm. Tebal naskah
60 halaman. Halaman-halaman pada bagian depan dan belakang hilang.
Naskah tersebut adalah koleksi juru kunci makam Kalibening, Sanmuhadi.
Kalibening ini berada tidak jauh dari makam pendiri Banyumas Adipati
Warga Utama II di desa Dawuhan.
Selain usianya yang tertua, Babad
Banyumas Kalibening memiliki keistimewaan, yaitu menyebut nama Adipati
Wirasaba dengan gelar Ki Kepaguhan. Nama ini amat dekat dengan nama Bhre
Paguhan, raja daerah bawahan Majapahit seperti yang disebut dalam teks
Pararaton (Padmapuspita, 1966). Nama-nama binatang dipakai untuk nama
orang, misalnya Patih Banteng, Gagak Minangsi, Kuntul Winatenan, Kebo
Singat, dan Ra Kungkung. Adanya nama-nama di atas menunjukkan bahwa teks
tersebut lebih tua daripada teks-teks lainnya. Kejawar, tempat tinggal
Kiai Mranggi disebut dengan nama kunanya, yaitu Ajahawar. Nama Kepaguhan
di Banyumas secara berangsur-angsur telah berubah menjadi Paguwan atau
Paguwon.
0 komentar:
Posting Komentar