Sebuah prasasti dengan gaya tulisan Kediri Kwadrat yang menceritakan
tentang perjalanan sejarah Kerajaan Kediri di era Panjalu sekitar abad
X-XI, ditemukan di Dukuh Ngrenak Desa Ketro Kecamatan Sawoo Kabupaten
Ponorogo.
Kondisi prasasti yang diukir di batu andesit hitam
dengan tinggi 120 cm, lebar 70 cm dan tebal 17 cm itu sangat
memprihatinkan, nyaris tidak ada perhatian dari pemerintah setempat.
Oleh warga sekitar, tempat penemuan prasasti ini sangat dikeramatkan
masyarakat menyebutnya watu tulis 'Mbah Krapyak'.
"Berdasarkan
penelusuran kami dan dari berbagai keterangan, dahulu tempat batu
berinskripsi di atas jalan sawah di tepi sungai desa. Namun karena
abrasi pinggir sungai, maka sekarang batu berinskripsi tersebut jatuh di
tengah sungai. Selama beberapa tahun, lokasi batu ini tertimbun pohon
bambu yang roboh melintang dari seberang sungai," kata Novi Bahrul
Munib, arkeolog asal Kediri yang juga menjadi Pamong Budaya Non PNS
Kabupaten Sumenep pada merdeka.com di Kediri, Minggu (25/8).
Novi
yang juga aktivis Pasak (Pelestari Sejarah dan Budaya Kediri) ini
akhirnya melakukan penelusuran. Sebab kondisi prasasti tersebut
terbengkalai serta terguling di tengah Sungai Desa Ketro, dan terancam
proyek saluran irigasi desa yang akan dimulai pelaksanaannya pada akhir
Agustus 2013 ini.
"Tulisan tertutup lumut yang membuat karakter
aksara sulit dibaca, dan harus dibersihkan terlebih dahulu dari lumut
kerak," tambahnya.
Masih menurut Novi, melihat model pengukiran
aksara dalam prasasti menggunakan gaya Kediri Kwadrat, sehingga memiliki
gaya yang umum digunakan sekitara Abad X-XI Masehi.
"Prasasti
ini memiliki arti khusus, terutama untuk mengungkap masa pemerintahan ri
Maharaja ri Bamewara Sakalabuanatustikarana Sarwwaniwaryyawiryya
Parakrama Digjayottunggadewa dari Kerajaan Panjalu pasca Raja Airlangga.
Maupun mengungkap keberadaan pemerintahan di sekitar lereng Gunung
Wilis sebelah barat, dimana Ponorogo dipercaya pernah sebagai pusat Ibu
Kota Kerajaan Wengker," jelasnya.
Lokasi prasasti di Kecamatan
Sawoo, tidak jauh dari lokasi temuan Prasasti Sirahketeng dari masa Sri
Maharaja Djigjayasastraprabu di Kecamatan Sambit.
"Semakin
menarik untuk kajian sejarah kuno. Dimana diketahui saat Kerajaan
Panjalu masih eksis, di wilayah Ponorogo pernah berdiri kerajaan lain
pula. Sehingga diharapkan dengan temuan prasasti ini mampu memberi
tambahan referensi untuk mengkaji sejarah sekitar abad XI," tambahnya.
Novi
berharap, prasasti berangka tahun 1055 Saka ini segera diselamatkan,
selain penting prasasti ini juga memenuhi syarat Kriteria Cagar Budaya
sesuai Pasal 5 poin "a". UU Cagar Budaya No.11 Tahun 2010 (Pasal 5-10).
Menurut
Novi, tahun 1055 Saka (sekitar 1133 M) merupakan masa pemerintahan ri
Maharaja ri Bamewara Sakalabuanatustikarana Sarwwaniwaryyawiryya
Parakrama Digjayottunggadewa. Pada masa itu belum ditemukan data adanya
kerajaan ataupun penguasa lain yang memerintah di Jawa bagian timur.
Pada
masa Raja Bamewara sendiri, sedikitnya meninggalkan sembilan prasasti
penting tentang perkembangan Jawa di bagian timur, yaitu:
1. Prasasti Pandlegan I berangka tahun 1038 aka (1117 Masehi) dari Desa Pikatan, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar.
2. Prasasti Panumbangan I berangka tahun 1042 aka (1120 Masehi) dari Desa Plumbangan, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar.
3. Prasasti Gne I berangka tahun 1050 aka (1128 Masehi) dari Desa Brumbung, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri.
4. Prasasti Candi Tuban berangka tahun 1051 aka (1129 Masehi) dari Desa Domasan, Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung.
5.
Prasasti Tangkilan berangka tahun 1052 aka (1130 Masehi) dari Dukuh
Tangkilan, Desa Padangan, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri (Wibowo,
2001: 9-16).
6. Prasasti Besole berangka tahun 1054 aka dari Dukuh
Besole, Desa Demangan, Kecamatan Suruwadang, Kabupaten Blitar (Suhadi
& Kartakusuma, 1996 : 24).
7. Prasasti Pagiliran berangka tahun
1056 aka dari Desa Jajar, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar (Suhadi
& Kartakusuma, 1996: 25).
8. Prasasti Arca Ganesha Karangrejo, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar berangka tahun 1056 aka namun tidak ada nama Rajanya.
9.
Prasasti Bameswara koleksi Museum Airlangga berangka tahun 1057 aka.
Temuan pada tahun 1983 di Garasi Otobus Murni Jaya Jl. Erlangga Kota
Kediri.
Sebelumnya Prasasti Kediri Kwadrat sebelumnya telah
ditemukan di dua tempat di Kabupaten Kediri yakni, prasasti yang dikenal
dengan Prasasti Batu Tulis di di Desa Titik Kecamatan Semen dan
Prasasti Bioro di Desa Bioro Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri.
Rabu, 15 Januari 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar