Rabu, 15 Januari 2014

Biografi Hartini Soekarno

Menurut John D.Legge, ada tiga perempuan yang paling berpengaruh dalam periodisasi hidup Sukarno. Selain Sarinah dan Inggit Garnasih, setelah revolusi Indonesia, perkawinan Sukarno dengan Siti Suhartini (Hartini) telah membuka fase baru yang lebih mantap baik dalam kehidupan pribadi maupun politiknya. Hartini di masa itu mampu menjadi daya psikohistoris bagi Sukarno. Perkawinan Sukarno dengan Hartini, yang dilaksanakan dalam waktu kritis, telah menyediakan bagi Sukarno sebuah sumber kekuatan baru. Sekurang-kurangnya Sukarno sendiri mempertalikan keberanian dan keteguhan hatinya dalam menyelesaikan kemelut di pertengahan hingga akhir dasarwarsa 1950-an itu dengan bantuan kasih sayang yang diberikan Hartini kedapanya. Sejak saat itu, Sukarno sering menunjukkan kepercayaan diri yang kadang-kadang tidak dimilikinya. Sebagai istri, Hartini mulai berkembang secara politik. Ia berusaha keras melayani Sukarno sebaik-baiknya dan sekaligus menjadi teman pembantu politiknya, suatu usaha-yang menurut Legge-tidak pernah dilakukan oleh Fatmawati. Epilognya, Hartini mampu memberikan perannya sebagai ibu, kekasih, dan teman setia dalam kehidupan pribadi maupun perjuangan politik Sukarno.Buku ini mengungkapkan lika-liku kehidupan Hartini, yang memiliki daya tahan yang demikian kuat atas terpaan kritik, bahkan cercaan atas keputusannya untuk menerima-atau membalas-cinta Bung Karno. Setelah menjadi istri dari Sukarno, Hartini berusaha untuk memenuhi tugasnya, sebagai seorang perempuan, yang menjadi istri dari Sukarno, Hartini berusaha memenuhi tugasnya, sebagai seorang perempuan, yang menjadi istri dari seorang besar sebagai politikus negarawan. Dalam kapasitasnya sebagai seorang istri, Hartini menjadi saksi dalam detik-detik menentukkan kehidupan politik Sukarno; mulai Demokrasi Terpimpin, G30S, Supersemar, kejatuhannya, menjadi tahanan rumah sampai dengan kematiannya. Kesemua hal di atas menjadi bagian dalam narasi buku ini.

0 komentar:

Posting Komentar